Kisah Kasih Dipare Kediri

Kini aku kembali bercerita lewat tulisan setelah dulu pernah kuceritakan kepada diriku sendiri sesaat setelah kali terakhir aku bertemu dengannya.
Mungkin akan kurang berhasil kuceritakan dengan kenyataan yang lengkap, sebab sebenarnya kisah itu telah nancap di dalam hati dan bila kutulis maka akan mengurangi keindahan kisah itu sendiri, namun dari sini aku mencoba mengabadikan kisah nyata lewat tulisan setelah aku menyadari bahwa apa yang kekal jika manusia sudah menjadi ketentuan untuk mati?!


Hari itu adalah hari senin, aku masih ingat jelas siang itu ketika ada sms dari seseorang yang ngajak ketemu, pendek kata dia ngajak ketemu di warung bakso, dan itu akan menjadi sebuah pertemuan pertama dengan dia. Kau tau apa sebabnya hingga dadaku berdebar ketika sesaat aku melamun, memikirkan bagaimana nanti jika sudah ketemu? Padahal di antara kami belum pernah ketemu. Lalu apa namanya? Cinta? Tidak logis! Rindu? Apalagi. Aku berjalan menuju warung bakso dari kos yang kutempati, sekitar berjarak 200 meter, dia sudah menunggu. Ada sebuah pertanyaan, dengan dasar apa hingga aku rela jalan dalam rentang jarak 200 meter hanya nemui orang yang sebelumnya bahkan belum sekalipun kenal secara nyata? Aneh bukan? Memang!

Belum sempat aku duduk di kursi dalam warung itu dia sudah pesan bakso untukku, dia juga pesan 1 es jeruk untukku, lalu aku duduk di depannya masih dalam satu meja panjang berwarna putih. Dada tempat menampung jantungku kembali berdebar ketika selintas kutatap matanya, ada pesona yang lepas dari binar matanya. Indah! Ahh...perasaan apalagi ini jika bukan sesuatu yang aneh. Dalam waktu itu aku dan dia tidak sempat ngobrol banyak sebab dia ada program kursus bahasa inggris. Akhirnya mataku hanya menangkap bayangnya setelah dia melaju megendarai motor spin-nya menju ke arah dimana dia kursus. Siang itu adalah awal dari mataku mengenal tatapannya, mula dari hatiku ada semacam perasaan aneh, namun indah! Selepas dia pergi, aku masih mematung di situ, sekedar menghirup angin yang hembus di sekitar warung itu, sebab barangkali angin yang kuhirup sama dengan angin yang kuhirup, bukankah itu keindahan? Yang aku sesali setelah pertemuan itu, kenapa dia tidak kukenal dari dulu bahkan ketika aku masih sekolah dasar. Kenapa baru kali itu aku mengenal mata yang tatapnya adalah anugrah.

Semenjak siang itu, tiap hari serasa ada kekuatan untuk selalu bisa ketemu, entah apapun namanya. Semenjak hari itu pula ada debaran yang aku tak bisa menamakannya. Cinta? Mana logis ketika belum lama kenal tapi cinta itu sudah mengada? Tapi jika tidak di katakan cinta aku sendiri tidak berkenan. Lalu kekuatan apa yang mendasarinya sehingga tiap hari ingin selalu bertemu? Entah.

Pernah suati hari ketika bertemu, ada pertanyaan aneh yang lindap di hatiku, apa dia juga berdebar-debar ketika dia melihatku? Seperti apa yang bergetar di hatiku ini. Perasaan macam apa yang wujud di hatinya sehingga dia selalu berkenan ketika kuajak bertemu? Apa dia juga merasakan apa yang semenjak hari itu tanpa spasi berdenyar-denyar di hatinya? Semacam bunga yang rekah!

Kini aku sudah bisa mendefinisikan debaran itu, aku sudah bisa menafsir perasaan aneh itu, itu adalah cinta! Itu rindu. Aku tidak peduli andaikata dia tidak merasakan hal yang sama denganku, aku tau, menghianati dan menduakan itu tidak watakku, itulah sebabnya aku berani mencintai, bahkan jika orang mengatakan aku tidak wajar, aku akan buktikan. Lelaki macam bagaimana yang tidak terpesona jika melihat gadis seperti itu? Tunjukkan padaku, lelaki yang mana yang tak berdebar ketika matanya sudah mengenal tatapan gadis seperti itu?

Dan aiih.....aku kalut, aku linglung, hatiku tidak karuan ketika suatu hari selepas ketemu dia kecelakaan, aku akan marah pada bibirku jika sempat tersenyum, aku akan laknat kebahagiaanku jika pada waktu yang sama aku melihat dia sedang berbaring lemah menahan sakit. Apa yang lebih nestapa ketimbang mendengar kabar
bahwa orang yang di cintai sedang sakit? Tangis yang bagaimana yang tak buncah ketika melihat keadaan orang yang di rindui sedang tak berdaya? Yang tidak resah siapa ketika melihat orang yang di cintai sedang dalam masa perawatan?

Kadang jika aku rindu kutulis namanya di papan tempat biasa aku belajar dengan huruf paragraf. Lalu kueja berkalikali sampai aku tertidur, kadang kudatangi tiap warung tempat dia singgah untuk sekedar mengenang saat bersama di situ, bahkan aku pernah, bahkan jika namanya di sebut orang lain aku akan cemburu! Kau tau apa penyebabnya? Sebab aku cinta!

Alangkah sedihnya saat kali terakhir bertemu, itu hari jumat. Di sebuah warung tempat aku dan dia menaruh harapan, harapan panjang. Sebuah dialog dari mata menuju hati. Sebab apalah arti kata jika tatapan mata adalah upaya untuk mewujudkan cinta. Hari itu kali terakhir kulihat kerudungnya berkibar, sejarah baru sedang menjadi sakral, sesakral aku mencintainya, harapan suci, sesuci aku mencintainya, doa-doa panjang mulai berluruhan menuju pusat semesta. Menjadi rusukku.


pertengahan Maret 2012

0 komentar

[MAKLUMAT] Buku puisi Mantra Asmara x - +