Muqoddimah: Sebenarnya puisi ini tertulis di tengah ketidak-sanggupanku menjadikanya sebagai puisi--apalagi dengan tema pernikahan, mengingat keadaanku yang masih hijau kalau berbicara berkait soal sakral itu. Ya, alangkah terasa musykil bila seandainya kuurai peristiwa (pengantin) hanya melalui kata, sebab sebagaimana yang kau tahu bahwa sungguh aku belum pernah merasakannya. Mustinya, puisi ini ditulis oleh seorang yang sudah mendekati Akad pernikahan atau sudah lamaran, dan sejujurnya, puisi ini tertulis hanya melalui bayangan-bayangan, mencoba memposisikan diri sebagai calon pengantin. Memang terlampau sukar, sebab sekali lagi, aku belum mengalaminya. Pendek kata, bermula dari seorang temanku yang ingin menampilkan puisiku ke dalam undangan pernikahannya, akhirnya kutulis ini dengan sembari berdoa; Semoga puisi ini sudah mewakili.
Kicauan
Blog
Selamat Menunaikan Ibadah Ngopi
Arsip Website
- Oktober 2015 (1)
- Februari 2015 (2)
- Desember 2014 (1)
- November 2014 (1)
- Mei 2014 (4)
- April 2014 (9)
- November 2013 (1)
- Oktober 2013 (11)
- September 2013 (7)
- Agustus 2013 (1)
- Juni 2013 (6)
- Mei 2013 (7)
- Februari 2013 (1)
- Januari 2013 (3)
- Desember 2012 (2)
- November 2012 (1)
- Oktober 2012 (5)
- September 2012 (3)
- Agustus 2012 (3)
- Juni 2012 (1)
- Mei 2012 (1)
- April 2012 (5)
- Maret 2012 (7)
- Januari 2012 (4)
- Desember 2011 (11)
- November 2011 (7)
- Oktober 2011 (19)
- September 2011 (1)
- Agustus 2011 (9)
- Februari 2011 (1)
- Desember 2010 (1)
- November 2010 (1)
- Agustus 2010 (1)
- Januari 2010 (1)
Data Postingan bulan ini :