Sebuah himpunan puisi yang sempat kutulis, yang lalu kujadikan sebagai buku, satu ketika pernah mengaku mempunyai perasaan ragu, sebuah ketidak-percayaan diri menjadi puisi, ia tidak begitu yakin mampu memberikan pemahaman dan pelajaran baru bagi Pembacanya. kadang justru memintaku untuk dikembalikan kerahim terdalam tempat ia berasal, sebab ia merasa belum saatnya lahir. Ibarat bayi dikandungan yang belum saatnya memulai pengembaraan yang sesungguhnya, ia merasa butuh menempa diri lebih lama dengan cara semedi di batin seorang penyair. sehingga ketika saatnya penyair mengutuk menjadi kata, ia sudah siap untuk menjelma puisi yang bukan jadi-jadian.
Kicauan
Blog
aku hendak bercerita, begini.....
Hari itu gerimis selepas hujan deras, hari kamis, sekitar jam 2 siang aku di jemput seorang teman yang ku kenal dari jejaring social : facebook, setelah beberapa hari sebelumnya sudah janjian untuk kopdar, pada saat itu juga aku di bonceng mengendarai motor (kalau tidak salah REVO ) :)
Berjalan menyusuri aspal basah, bertarung melawan sisa-sisa air langit yang sesekali nyiprat di belahan pakaian yang ku pakai, angin mendesau menampar lembut wajahku, sambil ngobrol....
Pertama seluruh syukur kami pahatkan di pusat keagungan Allah S.W.T, yang telah sudi menggerakkan jemari untuk menulis dan memberi kemampuan hati untuk merasa, itulah sebabnya, buku ini bisa terwujud sebagai persembahan dari 17 penyair yang semenjak kecil di sentuh oleh beragam aktivitas ke-pesantren-an.
Kini aku kembali bercerita lewat tulisan setelah dulu pernah
kuceritakan kepada diriku sendiri sesaat setelah kali terakhir aku
bertemu dengannya.
Mungkin akan kurang berhasil kuceritakan dengan kenyataan yang lengkap, sebab sebenarnya kisah itu telah nancap di dalam hati dan bila kutulis maka akan mengurangi keindahan kisah itu sendiri, namun dari sini aku mencoba mengabadikan kisah nyata lewat tulisan setelah aku menyadari bahwa apa yang kekal jika manusia sudah menjadi ketentuan untuk mati?!
Mungkin akan kurang berhasil kuceritakan dengan kenyataan yang lengkap, sebab sebenarnya kisah itu telah nancap di dalam hati dan bila kutulis maka akan mengurangi keindahan kisah itu sendiri, namun dari sini aku mencoba mengabadikan kisah nyata lewat tulisan setelah aku menyadari bahwa apa yang kekal jika manusia sudah menjadi ketentuan untuk mati?!
( Kutulis saat umur 14 tahun.)
Perkenankan aku untuk merobek malam
biar matahari meneteskan cahayanya
karena ku ingin melumat sinarnya
tapi siapa yang menyetubuhi matahari ?
Hingga kini malu menampakkan sinarnya.
Izinkan aku untuk membelah senja
supaya rembulan mengalirkan cahayanya
supaya rembulan mengalirkan cahayanya
Selamat Menunaikan Ibadah Ngopi
Arsip Website
- Oktober 2015 (1)
- Februari 2015 (2)
- Desember 2014 (1)
- November 2014 (1)
- Mei 2014 (4)
- April 2014 (9)
- November 2013 (1)
- Oktober 2013 (11)
- September 2013 (7)
- Agustus 2013 (1)
- Juni 2013 (6)
- Mei 2013 (7)
- Februari 2013 (1)
- Januari 2013 (3)
- Desember 2012 (2)
- November 2012 (1)
- Oktober 2012 (5)
- September 2012 (3)
- Agustus 2012 (3)
- Juni 2012 (1)
- Mei 2012 (1)
- April 2012 (5)
- Maret 2012 (7)
- Januari 2012 (4)
- Desember 2011 (11)
- November 2011 (7)
- Oktober 2011 (19)
- September 2011 (1)
- Agustus 2011 (9)
- Februari 2011 (1)
- Desember 2010 (1)
- November 2010 (1)
- Agustus 2010 (1)
- Januari 2010 (1)
Data Postingan bulan ini :