Kali ini aku hendak bercerita
tentang kisah di kediri, tepatnya tentang acara Launching Dan Bedah Buku
Antologi Pesantren JADZAB, sebetulnya aku mengalami ragu untuk menulisnya
kembali, sebab aku terlalu jenaka apalagi, hendak kumulai dengan paragraf yang
mana aku memulai kisah ini? Namun secepatnya kutarik perasaan itu, sebab aku
menyadari bahwa apa yang abadi dari kenang setelah aku mati selain tulisan?
Paling tidak untuk mengobati rasa kangenku pada sedulur-sedulur jadzab,
bahkan akan kian mendorongku untuk menulis kisah ini ketika aku paham bahwa
kenangan itu rapuh, perlahan akan menyusut hingga lupa.
Dulu, tiga hari
selepas acara itu rampung, aku mulai menulis kisah ini hingga mencapai 10 page,
bahkan hampir selesai, kutaksir sudah 80%. Namun karena fleshdisk tempat
menyimpan tulisan itu hilang dan sampai kini belum juga ketemu akhirnya
kuputuskan, untuk memulai lagi dari awal, aku agak kesulitan menulis lagi
persis seperti tulisan yang awal, sebab proses kelahiran tiap tulisan berbeda
sehingga tidak bisa di teorikan secara sama, namun dari sini, aku kembali
me-replay kejadian di tribakti, dari awal hingga akhir dengan sisa-sisa
ingatan, kembali mengurai sepanjang perjalanan terselenggaranya Launching,
tentu dengan bekal ingatan yang sudah banyak terendap oleh lupa, itulah
sebabnya, semampuku kutulis dengan sederhana saja, agar kenangan itu tidak kian
terbenam, agar kenangan itu selalu nancap di hati, lewat tulisan ini, semoga
bisa menjadi pelipur rindu, dengan terbatasnya kemampuan yang serapuh kenangan
itu sendiri.