Puisi untuk seorang teman yang mau menikah






Muqoddimah: Sebenarnya puisi ini tertulis di tengah ketidak-sanggupanku menjadikanya sebagai puisi--apalagi dengan tema pernikahan, mengingat keadaanku yang masih hijau kalau berbicara berkait soal sakral itu. Ya, alangkah terasa musykil bila seandainya kuurai peristiwa (pengantin) hanya melalui kata, sebab sebagaimana yang kau tahu bahwa sungguh aku belum pernah merasakannya. Mustinya, puisi ini ditulis oleh seorang yang sudah mendekati Akad pernikahan atau sudah lamaran, dan sejujurnya, puisi ini tertulis hanya melalui bayangan-bayangan, mencoba memposisikan diri sebagai calon pengantin. Memang terlampau sukar, sebab sekali lagi, aku belum mengalaminya. Pendek kata, bermula dari seorang temanku yang ingin menampilkan puisiku ke dalam undangan pernikahannya, akhirnya kutulis ini dengan sembari berdoa; Semoga puisi ini sudah mewakili.




Selingkar cincin yang tersemat di sela jemarimu
Adalah perjanjian bahwa kau-aku bersekutu dalam rindu

Melalui cinta, kau dan aku menjadi kata yang pendar dalam doa
Di amini penghuni semesta, disaksikan para pendamba surga

Tuhan, sembari mendesahkan namamu
Himpun kami dalam penyatuan kekal berkahmu
Seperti pertemuan suci Adam dan Hawa
Atau kesakralan cinta Yusuf dan Zulaikha

Dengan cinta, kita semayamkan hati ke dalam akad
segenap harap kita lafalkan dengan hikmat
segala semoga mengalun jauh ke pelaminan
kau dan aku adalah isi dari ruang keabadian

Tuhan, naikkan kami ke ketinggian mihrabMu
Luruhkan rahmatMu demi bisa menapaki jalan RasulMu
Anugerahkan ridhoMu agar mampu menggapai mawaddahMu
Kendalikan jiwa kami untuk menyempurnakan sebagian agamaMu

Atas nama cinta, kita buka pintu surga
Mengembara mencari makna dan rahasia
Aku menanam kau menumbuhkannya
Aku menandur kau mentunaskannya
Aku mengetam kau memeliharanya
aku mencangkok kau merawatnya
Tak ada yang lebih bahagia
Selain anak kita jadi soleha

Tuhan, kami saling cinta, sepenuh purnama
Sequdus tanah setulus udara seindah nirwana
Maka restui kami, agar sanggup menghayati
cintaMu yang bergema, suci dan abadi

Kairo. 2013

5 komentar

  1. Sakinah,
    nyanyian ketenangan mengalun indah
    tetap serasi dengan segala qoriyah
    ketika masalah berteriak menggema dalam keluarga
    semoga tetap berirama di atas panggung keluarga
    mempelai berdua

    Mawaddah,
    embun cinta menetes dalam dada
    meresap ke seluruh sumsum jiwa
    mengalir dengan satu warna dan rasa
    jernih, beraroma wangi surga
    tak lahir suatu beda
    semoga selalu mengalir hingga akhir mempelai berdua

    Rahmah,
    pancaran kasih sayang membias terang di wajah
    menghangat dalam dingin tawarnya cinta
    ketika perih uban menancapkan akarnya di kepala
    memantulkan bayang-bayang tanpa jengah
    bila kerut wajah menemani renta semoga setia menyinari mempelai berdua
    semoga nyanyian sakinah, embun mawaddah, dan pancaran rahmah
    selalu dilimpahkan Allah tuk kalian berdua

    niki kagem ingkang bade nikah gus :D kapan kulo saget damelaken puisi kados ngeten buat njenengan? :D

    BalasHapus
  2. Wah, jangan tanyakan itu kepadaku hari ini, Ning. sekolah saja baru dimulai kok, heuheuheu
    tapi, yang pasti, aku akan Nikah sebelum kiamat, Ning :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihihii.. lah kiamat sudah dekat nuh gus.. buruan cari pasangan sebelum kehabisan :D

      Hapus
  3. puisinya gus usman dan ning uswah sama-sama mantap :)

    BalasHapus

[MAKLUMAT] Buku puisi Mantra Asmara x - +