kawan...
izinkan akuzinkan aku mengunjungi hatimu
mengunjungi hatimu
maka, aku buatkan untukmu secarik puisi
meski tak seindah pelangi
kawan...
perkenankan aku meminjam hatimu
sebentar saja...
maka, aku rangkaikan untukmu sebaris puisi
meski tak dahsyat nan menyayat
kawan...
aku ingin menengok perasaanmu
maka, tak segan aku merakitkan untukmu sebait puisi
kawan...
bukalah lebar-lebar pintu hatimu
dan persilahkan aku singgah sejenak
maka, ku tumpahkan untukmu seserpih puisi
kawan...
andai saja kau bersedia mengirimkan nyanyian jiwa untukku
maka, sudah selayaknya ku tuangkan kata untukmu senandung puisi
kawan...
kini tibalah saatnya kau hembuskan nafas rindu untukku
maka aku ciptakan untukmu sejurai puisi mendesir
dan sadarlah aku adalah kawanmu
yang selalu siap mengukir sepenggal cerita di sepanjang ruas
maka, pena akan menari untukmu, bermadah puisi
meski, puisi ini tak seindah pelangi...
2010
djagalan kaliwungu
untukmu, ingin ku ukir sekulum takbir pada lempeng takdir..
sembari mendesirkan tasbih yang ku titipkan pada angin.
untukmu, pelapah langit ingin ku gores dengan huruf nabi.
agar membiar cabar rinduku tak menentu..
tapi bagaimana aku hendak menyanyi…
sementara di selangkang malam hati telah mati.
ah sudahlah…
biarlah.
ku coret munajat ini di relung tanah saja..
supaya tak ada bianglala yang hinggap di mata.
malam jumat, 2010
kaliwungu.
Suara jangkrik menjelma musik sumbang.
Kala helai dedaun mengusik asyik bebisik tembang, aku tumbang di ambang gerbang maya...
Atau ketika tak ada satupun larik lirik bernada lengang, aku mericik sampai meremah.
Bebulir angin ingin menghimpit syair yang hanyut menyelusup ke ruang renung, membencah sampai bedah seluruh tubuh, aku luruh hingga luluh...
Lekuk berkelok bebatu alas bersemedi di bebukit lereng, gegunung melambung membentuk gelembung, pepohon tegar merimba tak sudi di cabar...
Suara apa saja menyanyi tanpa bunyi, bergerak tanpa rancak, hingga bersemoga di riung telaga..
Sekali pancar tatapku hambar,
pada hitam legam yang terpahat di lempeng lempung..
Rindu mewindu bagai madu di hisap perdu, ke tanah yang rendah aku mencoba ramah, dan rindu mengajariku tentang santun bercinta..
Rinduku bermalam di rimbo bujang, saat mula syairku terbentang...
* 12.30 dini hari, 24.7.2011 jambi, *
menangislah jika kau ingin menangis
karena airmatamu adalah hakmu
atau diamlah jika isakanmu tak mau terdengar
jemput dan peluklah airmatamu…
sebelum musuhmu merampok butir beningmu.
atau hapuslah jika mata sembabmu tak ingin terlihat.
sayang, tangismu adalah airmatamu.
air yang rinai dari sudut kelopakmu adalah nyanyianmu…
kuburlah airmatamu
jika kau tak ingin menangis.
bendunglah, jika matamu tak ingin mengalirkan air.
namun, biarkan saja…
airmatamu menggelar pesta.
maka aku akan belasungkawa…
2010
kasihan sekali aku
yang tiba-tiba menemu rindu menderu sendu
yang merongrong palung jantung
di relung paling ujung
hatiku dirundung mendung menggulung
sampai tak ada senandung
seperti lusa selalumencipta senyum
kasihan sekali aku
yang lagi-lagi menemu rindusepahit empedu
yang memercikkan madu semanis perdu
dalam geramgurindam aku karam
maka ketika tiap entah aku berkesiur
selalu aku berlumur lumpur
atau barangkali kini
aku dilumat senyap
sebab hatiku kesumat meratap-ratap
yang ketika kau mengkerlap
aku masih tersekap pekat, sangat gelap...
kasihan sekali aku
yang selalu dirinai derai
yang membuat kelopak semakin dingin
selalu basah oleh bebulir air
bahkan ricuh kini semakin mengaduh
itulah sebab mengapa kusut masai pucatku menggerai
pada selempang kumbang kembangku tumbang
kasihan sekali aku
yang selalu merasa rindu di hisap airmata
yang terus mencipta degub tak kunjung surut
yang terus menjelma denyut tak henti meletup
yang terus menjadi debur yang mesti lebur
yang terus tergerus arus
yang selalu hanyut dalam pengap nan singup
atau jika entah rindu ini menyemburkan gelisah
maka biarlah rindu ini menjadi dzikirku...
1582011, 6.12 pagi DEMAK
selengkung senyummu menyerpih sunyi dalam kuntuman rindu
sembari memahat serunai asma di pelapah hatiku
sekulum mahabbahmu mendesir dalam sehelai sajak mihrabku
direlung suraumu...
mengalir bebutir aksara bermadah rindu
di tepi senja ini....
ku ingin menitipkan seonggok rembulan
yang akan kuletakkan di sudut pelataran langitmu
untuk matamu yang berbaring menatapku....
secarik cerita yang terlukis
ingin kugores diatas lempeng dadamu
dalam tumpahan airmata
yang hanyut menyelusup bersama tumpukan syauq...
diselangkang taman ini...
sepenggal kisah melebur tunas
dalam derap pijakan pena mengurai fajar
nyanyian sendu melantun pilu
bertelaga rindu mendahaga
perpisahan memang harus tercipta
kau dan aku...
terbentang hamparan
dalam coretan takdir yang memisahkan
722011, 3.35 pagi senin...
djagalan kaliwungu...
Matamu…
kembali istirah dimihrabku.
kembali i'tikaf diserambiku.
kembali sujud disajadahku.
kembali kholwat disurauku,
kembali dzikir ditasbihku.
matamu…
kembali berenang dilautku.
kembali berselancar diombakku.
kembali menyelam disamudraku.
kembali terbang diangkasaku.
kembali mendaki digunungku.
kembali berteduh dipohonku.
kembali berburu dihutanku.
kembali bertapa diguaku.
kembali terlentang dibumiku.
kembali berbaring ditanahku.
matamu…kembali khusuk dimataku.
11052011.
2-23 pagi.
ibu
sekian lama
aku bersemedi direlung gua teduhmu
sembari bertapa
kau suapi aku dengan cinta
dari telagamu
aku meluncur bagai kesiur...
ibu
kaulah danau
tempat aku meredam racau
tak pelak
dari kawahmu aku bermula
ibu
kaulah langit
tempat aku mengemis harap
yang sekali ketika
kau rinaikan hujan kasihmu
ibu
kaulah bumi
tempatku terlentang dan berbaring
bermain dan istirah
ibu
kaulah tanah
tempatku mukim diceruk rahim
seketika kau sawah
tempatku memanen bebutir padi
ibu
kaulah awan
tempatku bernaung dari terik yang pengap
ibu
kaulah laut
tempatku berenang di ombak kasihmu
ibu
kaulah gunung
tempatku memijak dan berdiri regak
dari lerengmu aku mendaki kasihmu
ibu
kaulah samudra
tempatku menampung paru dan jantung
ibu
kaulah dermaga
tempatku melabuhkan perahu jiwa
ibu
kaulah cahaya yang lenyapkan gelapku
kaulah api yang hangatkan dinginku
kaulah air yang sejukkan panasku
kaulah mentari yang terangkan petangku
kaulah rembulan yang menjadi pahlawan malamku
ibu
kasihmu tulus tak perlu di tebus
cintamu teduh tak butuh di sepuh
doamu sejuta lebih mustajab
tinimbang doa seribu kekasih
ibu
sambil mengembara
aku menjadi musafir
yang mencari surga di telapak kakimu
17082011, 6.02 pagi..DEMAK
Aku adalah kerinduan itu...
yang mendebur debar di dada dadihmu
mewujud di tiap sudut sujudmu
sampai ketika kau fana
adaku ada disana...
aku adalah kerinduan itu...
yang menderu dera detak degub jantung
merenda riuh renjana
sebab rinduku berderma
dalam riung rengkuhmu
aku adalah kerinduan itu...
yang memburu bara birahimu
membakar nafsu hingga mengabu
berkelimun di kalbu kelabu
di kaldera hatimu...
aku hangus terberangus....
aku adalah kerinduan itu...
yang mengular mengalir di alur liarmu
meleleh luluh airmataku dari mataairmu
merincik rancak tiap gerak gerikmu
sampai menyusup sesap di sesela rusuk ringkihmu...
aku adalah kerinduan itu...
yang mengecup kecap kuncup kembangmu
sambil mencipta sunyi lenyapkan bunyi
tanpa nyanyi sebising desing
menjelma getar getir
yang menghulu hilir...
aku adalah kerinduan itu...
yang bertabur tebar di tabir tubirmu
menelusur kelindan luhurmu
lalu mendiam pada gemulai liana
saat mula tasbihku mulai mengerang
aku adalah kerinduan itu...
yang terus menyimak helai angin
yang menyentuh seluruh tubuh
menyepuh luruh kuduskan ruh
sampai kau menjadi gemuruh
rapuhkan repihku andaikan kau mengelam katam.
dan..
rindu itu
kini mulai menggigil di entah...