Judul: Mantra Asmara
70 Puisi pilihan
Penulis: Usman Arrumy
Cetakan: 1, April 2014
Penerbit: Hasfa Publishing, Demak
Tebal: viii + 138 hlm ; 13x19 cm.
ISBN: 978-602-7693-10-4
Desain Sampul: Muhammad Hidayatullah
Produser: Adi Susanto
Tata Letak: Ahmad Ghossen A
Prolog: Dr. Suwardi Endraswara M. Hum
Epilog: KH. Budi Harjono
Penyunting: Gunawan Budi Susanto
TENTANG MANTRA ASMARA:
Usman Arrumy menulis dengan kata
hati ketika ia berpuisi. Membebaskan diri dari rumus berekspresi, dari
kesederhanaannya hadir puisi yang prosaik dan prosa yang puitik.
--- Candra Malik, Sufi, Penulis Buku dan Lagu.
Penyair ini produktif menulis puisi. Usman Arrumy
hampir berhasil memilah sekaligus menempatkan diksi-diksi menjadi semacam
medium kontemplasi . Puisi-puisinya sebagian besar menyentuh ruang-ruang
percintaan. Tema yang memang digemari banyak orang. Namun, terlampau khusyuk
mengumbar mutiara, seringkali dapat menjebak siapa saja. Menjerumuskan
seseorang kehilangan daya kepekaan terhadap dinamika sosial dan kadangkala pula
luput menyampaikan pesan substansial. Padahal, membedah ragam-tema cinta ke
dalam puisi; semestinya juga mengasah sekaligus menajamkan panca indera.
Senjata penyair untuk membaca semesta.
--- Baequni Mohammad Hariri, Pegiat Komunitas Seniman Santri
Cinta
adalah sumber tenaga yang tak henti melahirkan puisi, bahasa ajaib yang selalu
memuncaki peradaban manusia. Begitu selalu, dari waktu ke waktu, cinta dan
puisi seolah tak terpisah. “Mantra Asmara” Usman Arrumy sekali lagi membuktikan
kebenaran ungkapan ini. Meski jalan panjang masih harus ditempuh; namun,
sebagai awal, kumpulan puisi yang terasa kuyup dengan kekelaman ini cukup
menjanjikan dan layak diapresiasi.
--- Habib Anis Sholeh Ba'asyin, Ketua
Orkes Puisi Sampak GusUran
Usai membaca
kumpulan puisi Usman Arrumy ini saya menemukan Jalal al-Din Rumi, Hafizh,
al-Jami dan Sanai dalam Diwan-diwan mereka. Para Begawan dan sufi penyair itu
bercerita tentang misteri manusia yang tak pernah henti dan selesai mencari
diri dalam ruang dan waktunya masing-masing. Ia adalah cinta, karena cinta
adalah hasrat mencari kegembiraan dan keindahan bagi diri. Penulis adalah
santri, dan saya selalu berharap banyak santri yang tekun seperti dia; menulis
puisi dan sastra profetik yang manis dan menggerakkan.
--- KH.
Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren di Cirebon
Yang membuat Mantra Asmara menarik buat saya adalah, mangsa nuzulnya. Ibarat al-Qur'an yang diturunkan sesuai kebutuhan masyarakat jahiliyyah arab pada masa itu, Mantra Asmara juga diilhamkan sesuai kondisi masyarakat Mesir pada saat ini. Tuhan mengirimkan Mantra Asmara untuk masyarakat midleast yang mulai gemar mengkafirkan, perang dan saling bunuh. Miris melihatnya. Jelas-Jelas krisis yang bisa dikatakan "jahiliyah modern" semacam itu dikarenakan cinta mulai terkikis dari hati orang-orang arab. Tuhan memilih Usman Arrumy, sebagai juru tulis yang menyampaikan ilham-Nya: Mantra Asmara.
--- Moh Hammad Mojab, penulis novel Taman Iram
Satu dari tujuh puluh puisi:
SERULING
Dari rumpun bambu tempatku bermukim dulu
kusampaikan dendamku melalui ratapan pilu
setelah tubuhku ditebas, kulitku dikerati
jiwaku dibakar api, dan tubuhku dilubangi
Sesungguhnya aku telah lama menanggung rindu
setelah sekian waktu pisah dengan kampung
halamanku
betapa maklum jika kepadamu aku mendamba,
sudi memanggil udara untuk menuturkan kidung
duka
sebab cuma dengan itu kau bisa tahu alangkah
sedih
sukma yang tersisih, begitu pedih jauh dari
Kekasih
Sekali kau tiup aku meliuk tumbuh jadi irama
menghimpun diri sebagai nada renjana-dukana
bunyiku lebih luwes ketimbang pinggul pesinden
lebih lentur dibanding kengiluan petani gagal
panen
Kini, dihadapanmu, kupasrahkan keseluruhanku
agar bibirmu bebas memagutku, jemarimu leluasa
menjamahku
biar ia yang mendengar nuraninya tergetar,
jantungnya berdebar
Aku muncul sebagai musik, mungkin lirih berbisik
semata agar kau tak terusik, agar kau tak lagi
merasa bergidik
Dengan jiwa yang kepayang aku mencari sumber
angin
sembari menghalau rasa ingin, aku menggeliat
dalam refrein
Dari rumpun bambu tempatku berasal
akan kukisahkan cinta yang tak terlafal
bersenandung kepada kau yang berkabung
melengkung jauh ke dalam jiwa-jiwa suwung
Meski tak kau hirau, aku tabah menyimpan risau
setelah aku merantau jauh ke ribuan pulau
sebab desir angin yang menjadi nafasmu
mungkin juga sempat menjadi bagian dari diriku
O, Kekasih, jumpai aku di tanah kelahiranku
di sana akan kautemu nutfah yang kuwariskan
kepadamu
sebab aku sudah tak bisa kembali, aku mesti
mengembara
menyapa para pecinta dengan tembang nestapa
Jika suatu waktu, aku mengalun masuk ke gendang
telingamu
kuharap kau tak lupa bahwa gema-gendingnya
bermuara darimu
Demi kau yang dadanya tersungkur karena ricau
sangkur
aku rela cerai dari indukku untuk menjelma
sebagai pelipur
Aku akan melayang, memanggul kenanganku
wajahmu membayang, di tengah lagu-senduku
Diam dan dengarkan, Kekasih, aku akan bersiul
demi menyampaikan suara batinku yang masygul
2013
Puisinya bagus...
BalasHapusTerimakasih, Mas... :)
Hapuskalau nyari buku ini sekarang dimana ya mas Usman?
Hapussaya Jogja
Dulu terdisplay di Togamas Gejayan. Mungkin sekarang, setelah setahun lebih semenjak penerbitannya, bisa di dapatkan di penerbitnya langsung. Hasfa Publishing.
Hapus