Sajak Hari Raya

Ketika takbir berkumandang, aku terbayang oleh semua yang silam, langit luas membentang, sesekali ingat kampung halaman, betapa aku ingin pulang

Maafkan aku, wahai angin yang ikhlas kuhirup, tanpamu aku tak sanggup hidup, senantiasa mengembara menziarahi benda-benda, rela kuhela sesuntuk masa

Maafkan aku, wahai air yang tulus mengarus, maafkan karena kau kudamba hanya jika sedang dahaga, maafkan karena sering membiarkanmu muspra

Maafkan aku, wahai tanah yang selalu tabah meski sesekali menjadi tepat meludah, tak pernah berontak menjadi tempat memijak, darimu aku berdiri tegak dan kaulah tempatku kelak

Maafkan aku, wahai cahaya yang sabar berpendar demi menghalau wujud samar, maafkan karena telah sering kuabaikan meski kaulah satusatunya yang menyelamatkanku dari kegelapan.

Maafkan aku, wahai api yang selalu sedia terbakar dalam panas semata demi menghangatkan tubuhku, maafkan karena kerap tak mensyukuri nyalamu, maafkan jika sering menafikanmu

Maafkan aku wahai seluruh yang pernah kubutuh. Maafkan, sebab justru akulah yang sering tak acuh. Maafkan aku wahai kau yang selalu mengajari meski sampai kini aku tak juga berarti

Maafkan aku, wahai waktu yang terlampau kerap kulupa, maafkan aku wahai siapapun yang telah sering luput kuingat

Maafkan aku wahai Kekasih yang tega mencintaimu tak sesungguh yang kau butuh, Maafkan, karena nafsuku ini menjadikan cintaku tak penuh.

1 Syawal 2013. Kairo. Usman Arrumy


0 komentar

[MAKLUMAT] Buku puisi Mantra Asmara x - +