BERSAMA HUJAN

Bersama hujan, senandung kidung ditampung mendung
seperti menjelma bagai pemburu yang cemburu
meninggalkan erang dibentang ruang
lalu lebur bersama debur

air, yang darinya mahir menafsir liar alur yang mengalir
menjadi rinai yang berderai bagai rambut tergerai,
mengular bagai selir melepas hangat kesegenap jasad.
Rintik yang merancak ditiap titik,
mencipta lubang yang serupa gelang,
basah kuyup hujan bersuara sayup
Curah membuncah gigilkan getir bibir

Angin, yang kepadanya rela menghulu hilir ditiap tubir,
rela terhirup demi makhluk hidup,
menjadi nafas mana kala hembus menghempas.
seketika badai yang membeliung bagai kecapung
menyabang dipadang bahkan dilempang paling lengang
tak tersentuh meski rapuh ditempuh sampai jarak terjauh

bersama hujan, lebat kabut menyusup ditiap sudut
mengecup lempung bagai denyut jantung
seperti tibatiba menggaung bagai raung
yang menyisakan gema mendebarkan debu
lalu meremang bersama petang

tanah, yang kepadanya bersemedi diperut bumi
tempat akar menjalar membuat kukuh tetumbuh
merengkuh tubuh saat digali demi ditempati
mendamba hujan manakala kerontang mengeram
sawah bagi petani memanen padi
dan betapa senang jika hujan menggenang diladang

lalu gerimis, langit riwis menangis
yang terhadapnya, air meruncing bagai jemparing
menyapu bercak ditiap jejak
membiak serentak detak
mengawali ritus paling tulus
kepadanya, mula dari deras yang lantas meranggas

bersama hujan, aku merindui sunyi yang menari mencari mentari
cahaya yang menggeliat dijilat semesta
dan ketika kau mencipta pelangi
rela aku jadi tuju warna yang mengawal pesonanya.

0 komentar

[MAKLUMAT] Buku puisi Mantra Asmara x - +