Pada hari kesekian, setelah begitu lama hari itu berlalu, akhirnya aku ingat bahwa kau pernah bertanya kepadaku, di warung kopi, ''seberapa dalam dan luas cintamu padaku?''
Begitu mendengar pertanyaanmu itu, seketika aku diam dan tertunduk. Aku hanya geleng-geleng. Kusaksikan kau tersenyum dan berkata; '' Aku baru tahu cinta yang sesungguhnya ketika kau tak mampu menjawab pertanyaanku ini. Sudah, aku tak akan pernah bertanya lagi,, sebab aku sudah tahu jawabannya lebih dulu melalui kata-kata yang selalu gagal kausampaikan.''
Pada hari yang lain, aku bertanya padamu; ''Apakah cinta harus memiliki? Apakah cinta perlu pengorbanan?''. Berhari-hari kau tak menjawab, hingga akhirnya, ketika hari dimana kau dan aku mesti pisah, aku bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama.
''Aku terlalu sibuk mencintaimu, hingga tak ada waktu untuk memikirkan jawabannya''. Jawabmu.
Hujan mendadak deras, kau sudah menunggu di warung kopi, tempat yang biasa kau mengajakku bertemu. Tapi, sebagaimana hari-hari yang telah lewat, kau selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan musykil; ''Apa perbedaan air yang turun dari langit dan air yang turun dari mata?''
''Tidak ada bedanya'', aku meledek.
Keduanya sama-sama bersumber dari Cinta. Selebihnya tinggal derita.
20 April 2014. Kairo.
Unknown


0 komentar