Sajak Cinta

 To: Ajeng Retna Maharani


1)
Kangenku padamu hanya bisa dijelaskan oleh kekhusyukan batu---yang selalu mengasingkan diri dari keriuhan. kesunyiannya bersikeras mewakili kesendirianku, diredamnya gelora suara, dibungkamnya katakata sebagai tanda betapa diam adalah cara terbaik untuk memahami sorot matamu

Seperti naluri batu, kusembunyikan ricau rindu dari masa lalu, mengharap tanpa ucap, mendamba tanpa prasangka, mengidam tanpa dendam, berhasrat tanpa sepatah kalimat. Betapa tak takut jika badai memagut, tak bergeming kala taufan mendesing, tak beringsut diserampang angin ribut

Kesepian mendaki bukit di hatimu, mencari goa paling nyaman untuk bertapa. Bebatuan khidmat menghitung ribang yang tertimbun di antara gurun, biarkan kegelisahan ini menjadi wiridku.


2)
Matahari tak cukup jeli menjelaskan bagaimana kangenku lebih terik ketimbang kerkau kemarau, gerum gerimis tak cukup peka menjelaskan betapa rintik rinduku lebih rancak dibanding musim hujan, lautan tak cukup cermat menjelaskan alangkah dadaku lebih luas untuk menampung rahasiamu

Kau bertanya ''puisi itu apa?''. Kujawab dengan ragu-ragu: ''Cahaya yang memercik di manik matamu? atau ketika sebaris namamu menggeliat di ujung lidahku? atau ia adalah jenis makhluk kahyangan bersayap kau dan aku?''

Kau menggeleng sambil tersenyum, lalu berbisik lembut ke benakku yang kalut: Puisi adalah ketabahan yang meleleh dari sepasang matamu.

3)
Lima benua bukan jarak yang menakutkan jika sukma kita bertautan. Diam, diamlah. Aku akan memanggul nasibmu ke pangkuan Yang Takterbantahkan, akan kuadukan luhmu seraya mengusung kesedihanmu ke pusat kehormatan semesta

Pada suatu ketika, semenjak kali pertama kalbuku kalang-kabut karenamu, aku jadi betah berjaga semalaman, doa-doa melesat ke arahmu bagai gendewa lepas dari lengkung jemparing. Mungkin menyaksikan senyummu di malam hari adalah karunia terbaik yang pernah dikirim dari nun sana.

Airmataku akan mengembara, mencari muara, menempuh perjalanan jauh, melintasi pulau yang telimpuh.  Betapapun kebenaran sudah simpang-siur, cintaku padamu tak akan gugur.


 24 October 2013 Kairo Usman Arrumy



0 komentar

[MAKLUMAT] Buku puisi Mantra Asmara x - +